Page 68 - SAK_EMKM
P. 68

ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH                               SAK


          Alternatif–2: dicatat sebagai beban (1 Desember 20X8)

          D.   Beban asuransi            Rp1.200.000
          K.   Kas                               Rp1.200.000

          Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif–2 (31 Desember 20X8)

          D.   Asuransi dibayar di muka   Rp1.100.000
          K.   Beban asuransi                    Rp1.100.000
          D.   Jika pendapatan telah diterima secara tunai sebelum entitas memenuhi kewajibannya
          kepada pelanggan, maka entitas mencatat penerimaan tersebut sebagai pendapatan diterima
          di muka (liabilitas) (Alternatif-1) atau sebagai pendapatan (Alternatif-2).

          Contoh:
          Pada  tanggal  1  Desember  20X8,  Entitas  A  menerima  tunai  pembayaran  untuk  jasa
          konsultasi selama periode 1 Desember 20X8 sampai 31 Mei 20X8 senilai Rp6.000.000.
          Alternatif–1: dicatat sebagai pendapatan diterima di muka (1 Desember 20X8)

          D.  Kas                        Rp6.000.000
                        SAK IAI
          K.   Pendapatan diterima di muka       Rp6.000.000
          Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif–1 (31 Desember 20X8)

          D.   Pendapatan diterima di muka   Rp1.000.000
          K.   Pendapatan                        Rp1.000.000
                       ONLINE
          Alternatif–2: dicatat sebagai pendapatan (1 Desember 20X8)
          D.  Kas                        Rp6.000.000
          K.   Pendapatan                        Rp6.000.000
          Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif–2 (31 Desember 20X8)

          D.  Pendapatan                 Rp5.000.000
          K.   Pendapatan diterima di muka       Rp5.000.000

          E.   Pembebanan persediaan barang dagang oleh entitas dapat dilakukan saat penjualan
          (metode  perpetual) atau saat akhir periode pelaporan (metode periodik). Entitas dapat
          memilih rumus biaya masuk-pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang untuk
          menentukan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP).

          Contoh:
          Pada tanggal 1 Desember 20X8, Entitas A tidak memiliki saldo persediaan. Pada tanggal 5
          Desember 20X8, Entitas A membeli 1.000 unit persediaan pada biaya perolehan Rp1.000 per
          unit. Pada tanggal 10 Desember 20X8, Entitas A membeli 1.000 unit persediaan pada biaya
          perolehan Rp1.100 per unit. Pada tanggal 15 Desember 20X8, Entitas A menjual 1.000 unit
          persediaan dengan harga jual Rp1.500 per unit secara tunai.









          56      Hak Cipta © 2016 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72